Senin, 04 Mei 2020

Rasanya Ingin Sekali Bersujud dihadapan Tuhan

Sumber gambar Muslim Obsession. 1


Ini hanyalah cerita fiktif, yang sengaja dituliskan sebagai bahan bacaan dan inspirasi kita bersama.

Sebuah cerita yang hadir dari sebuah dusun kecil di daerah pegunungan. Hidup seorang kakek tua  miskin sebatang kara. Istrinya telah meninggal beberapa bulan yang lalu, anak dan cucunya memilih tinggal di Kota karena lebih nyaman dan akses lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. 

Pada siang hari di bulan Ramadhan. Kebetulan saat itu sangat terik, kakek tua ini menyempatkan diri berkunjung ke rumah tetangganya yaitu Bapak Slamet. Kebetulan rumah mereka berdampingan yang hanya terhalang oleh sepetak tanah kosong. Pada hari itu kebetulan Pak Slamet libur kerja, sehingga kakek tua bisa bertemu dengannya. Sesampainya di rumah Pak Slamet, kakek tua dipersilakan duduk dan mereka berdua berbincang-bincang membicarakan banyak hal. 

Tak lama kemudian, kakek tua bertanya kepada Pak Slamet. "Apakah kamu punya sajadah tak terpakai, untuk aku bisa bersujud dihadapan Tuhanku? ".

Pak Slamet terdiam sejenak, terlintas dipikirannya apakah kakek tua ini tidak pernah sholat ya?. Namun, beliau tidak berani menanyakan hal itu kepada kakek tua, karena takut menyinggung perasaannya. Pak Slamet sebenernya memang memiliki beberapa sajadah yang tak terpakai. Dulu waktu pernikahannya dia mendapat hadiah berupa sajadah, ada sajadah THR dari kantornya, juga belum lama dibelikan sajadah oleh istrinya. Karena masih dipenuhi dengan perasaan bingung dengan pertanyaan kakek tua ini,  akhirnya Pak Slamet meminta kepada kakek tua, agar dia kembali lagi besok saja. Sembari menimbang dengan istrinya terkait hal ini. 

Keesokan harinya, kakek tua kembali lagi kerumah Pak Slamet, dengan membawa sekantong plastik kentang dan bawang merah. Bermaksud menukar hasil bumi yang sedikit ini dengan sajadah milik Pak Slamet.

"Tidak usah repot-repot kek". Ujar Pak Slamet kepada kakek tua. Karena pak slamet memang berniat ikhlas dan memberikan sajadah itu secara cuma-cuma.

Tapi kakek tua tetap memaksa untuk memberikan sedikit hasil buminya. Akhirnya Pak Slamet mengalah.

"Yasudah saya bayar ya kek ini,  berapa? ". Tanya pak Slamet kepada kakek tua itu, sambil mengacungkan beberapa lembar uang kepada kakek tua. Tapi kakek tua tetap menolak karena memang kakek tua berniat untuk menukar dengan sajadah.

"Selain menerima, jujur aku juga ingin bisa memberi  kepada orang lain, apa yang aku miliki meskipun tidak seberapa". Ucap kakek kepada Pak Slamet. Mendengar ucapan itu pak Slamet tercengang kaget luar biasa.

Memang setelah direnungkan, tidak semua hal yang dilakukan kepada orang yang lebih miskin itu berlaku hanya komunikasi satu arah. Tidak semua orang miskin selalu menengadahkan tangan untuk selalu meminta. Namun, sejatinya mereka juga ingin sekali bisa memberi selagi diberi kesempatan.

Tak lama kemudian tibalah waktu berbuka puasa dan mulai terdengar sayu-sayu suara adzan maghrib. Pak Slamet mengajak kakek tua untuk berbuka bersama dirumahnya. Kakek tua pun berkenan dan akhirnya mereka dan keluarga pak slamet berbuka bersama. Setelah selesai berbuka,  kakek tua dan Pak Slamet bersembahyang bersama di rumah pak Slamet.

"Aku doakan kamu nak, semoga segera bisa melaksanakan ibadah haji bersama dengan keluargamu". Ucap kakek tua kepada pak slamet, sesudah selesai sembahyang diakhir dzikir nya. Sebelum akhirnya kakek tua berpamitan untuk pulang.

(Mungkin, jika hal itu diucapkan dihadapan orang yang sinis, pasti akan menjawab : Mendo'akan dirimu sendiri saja kamu tidak mampu, bagaimana mungkin kamu bisa mendoakan orang lain. Namun disisi lain, itulah letak indahnya doa. Selain untuk menitipkan harapan kepada sang maha kuasa, dibalik do'a juga mengandung jutaan kebaikan dan kebermanfaatan).

Jadi, selagi masih mampu untuk berbagi maka berbagilah, dan ketika belum mampu, setidaknya kita peduli dan memiliki keinginan kuat nan iklhas untuk berbagi. Semoga selalu diberikan kesehatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan keberkahan rejeki kepada kita semua. Aamiin.

Wallahua'lam bissawab.

Semangat meningkatkan syahwat ilmu, bermanfaat dan diridhoi Allah SWT.


Oleh : Eko Nurzain
Ditulis di Batang, 5 Mei 2020

Sabtu, 02 Mei 2020

Perbedaan Membentuk Satu Kesatuan yang Kuat

Perbedaan Bukan Penghalang

Gambar 1.1

Sering gak sih, temen-temen mendengar atau bahkan menilai sendiri, bahwa perbedaan adalah sebuah penghalang, sebuah hal yang membuat tidak selaras nya suatu tindakan. Bahkan cenderung membuat masalah dalam suatu hubungan? Baik hubungan antara keluarga, teman, saudara, bahkan perbedaan yang didalamnya melibatkan kultur budaya dalam masyarakat?

Ya, ternyata tidak sedikit orang yang masih menganggap bahwa perbedaan merupakan suatu masalah, yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam melakukan kegiatan bersama. Nah, bagaimana menyadarkan kepada masyarakat luas, tentang perbedaan bukanlah suatu penghalang? Malah adanya perbedaan bisa dikatakan sebagai suatu hal yang justru membuat indah dalam kehidupan, keberagaman dan keunikan-keunikan lainnya.

Memang bukan perkara mudah untuk bisa mengajak atau memberikan pemahaman kepada msayarakat luas, tentang perbedaan bukanlah hal yang jadi penghalang. Karena ketika kita terjun dalam masyarakat luas, cenderung masyarakat mempunyai tingkat pemikiran yang memang dari dasar pendidikan maupun pengalaman pun sudah berbeda. Jadi hal itu sudah merupakan hal yang sangat wajar. Karena lagi-lagi memang adanya perbedaan justru membuat keseragaman, keunikan dalam kehidupan. 

Perbedaan memang sebuah kodrat yang memang diciptakan oleh Tuhan dalam kehidupan didunia. Hal ini agar menjadi proses yang nantinya manusia mendapat hikmah atau hal-hal apa saja dibalik perbedaan itu sendiri. Sebagai contoh, dalam kehidupan diciptakannya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan, ada miskin ada kaya dan perbedaan-perbedaan lain yang tentunya sangatlah banyak dan luas jika kita telusuri. Dari situ kita dapat menghayati, bahwa perbedaan memberikan efek positif pula dalam kehidupan. Yaitu, sikap saling melengkapi antara satu dengan yang lain, bahkan menjadikan sikap toleransi atau sikap dapat menerima segala hal atas perbedaan yang dimiliki orang atau kultur lain.

Indonesia sendiri ketika kita telusuri, banyak sekali bahasa, budaya, seni, bahkan agama pun berbeda-beda. Hal ini yang menjadikan suatu negara menjadi unik, menjadi negara yang dapat dilihat oleh negara lain karena perbedaan-perbedaan yang ada didalamnya. Meskipun dalam segala sesuatu berbeda namun bukanlah menjadi penghalang menjadi satu kesatuan yang saling menguatkan.

Seringkali dalam masyarakat pun seperti itu, ketika pendapat satu dengan yang lain berbeda pasti ada saja yang sangat mempermasalahkan, bahkan memperbesarkan nya, sehingga menjadi hal yang nampak rumit. Padahal ketika semua itu dihadapi dengan hati dan pikiran yang dingin serta terbuka. Tentulah akan menjadi tenteram dan bisa menemukan solusi dalam menghadapi perbedaan pendapat yang ada.

Ada sebuah nasihat, "katakan saja suatu hal tentang kebaikan. Tak usah mendebat mereka karena tak sepaham denganmu. Perbedaan itu bukan untuk diperdebatkan. Namun, dicarikan solusi, dicari jalan tengah dan diperjuangkan agar menjadi kemaslahatan bersama".

Dari situ semoga kita semua bisa memahami dan menerima semua bentuk perbedaan yang ada dalam kehidupan. Meskipun masih sedikit yang paham tentang perbedaan lah yang sebenarnya membuat suatu tatanan negara, kultur, seni dan lain-lain menjadi lebih indah dan kuat. Setidaknya dari diri pribadi, kita bisa membuka hati dan pikiran tentang indahnya perbedaan terhadap hal-hal lain. 

Tetap menjalankan aktivitas seperti biasa, berbaur lah tapi jangan melebur kepada masyarakat. Tetap pegang prinsip dan jadilah manusia yang memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama.




Oleh : Eko Nurzain (Ahad, 3 Mei 2020)

Bukan Manusia Durhaka

Pekalongan, 8 Oktober 2020 Maafkan putrimu ibu, yang selalu melawan Maafkan putramu ayah, yang berteriak di jalanan tanpa malu Kami hanya me...